KLOBOT JAGUNG
Pemanfaatan
jagung sebagai bioetanol untuk mengurangi ketergantungan pada premium.
Pada 2010, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral memperkirakan,
konsumsi premium nasional bakal mencapai 38,27-miliar liter. Hampir
dipastikan lebih dari 20% diimpor. “Ironis, padahal Indonesia kaya
sumber energi fosil non-BBM”, kata Dr Ir Agus Eko Tjahyono MEng, kepala
Balai Besar Teknologi Pati, BPPT.
Etanol adalah hasil fermentasi bahan sebelum diolah lebih lanjut
menjadi bioetanol pengganti premium. Jagung berpotensi memproduksi
etanol lebih baik lantaran rendemennya paling tinggi, 55%. Biaya
produksinya pun murah. Untuk menghasilkan satu liter etanol cuma
diperlukan 2,5 kg jagung seharga Rp1.000/kg. Proses fermentasinya
membutuhkan uap air 3,8 kg seharga Rp304 dan listrik 0,2 kwh (Rp200).
Jika harga pekerja dihitung Rp300 per liter, maka biaya produksi etanol
per liter hanya Rp3.304.
Menurut Andy Gumala, ASEAN business manager PT DuPont, jika
etanol diproyeksikan menggantikan 10% konsumsi BBM dalam negeri saat
ini, maka dibutuhkan 14,4-juta ton jagung atau setara 3-juta hektar
lahan jagung. Investasi jagung relatif rendah ketimbang tanaman lain,
hanya Rp3-juta/ha. Bandingkan dengan jarak sebagai bahan biodiesel yang
membutuhkan investasi Rp8-juta-Rp9-juta/ha. Konsumsi jagung dewasa ini
diutamakan untuk konsumsi manusia dan pakan ternak.
Menurut Karin O Hgren dari Departemen Teknik Kimia, Lund University,
Swedia, tak hanya pati jagung yang berfungsi menjadi bahan baku
bioetanol. Kulit jagung atau klobot dapat dijadikan bahan utama
bioetanol. Klobot mengandung 2 jenis gula yaitu glukosa dan silosa yang
diperoleh dengan merebus awal lalu dihidrolisis. Selanjutnya biarkan
ragi roti Saccharomyces cerevisiae bekerja. Hasilnya, 20% etanol.
Jagung yang kaya serat cuma salah satu bahan bioetanol. Menurut Dr
Tatang H Soerawidjaja dari Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung, ada
3 kelompok bahan baku etanol alami yaitu nira bergula, pati, dan bahan
serat alias lignoselulosa. Semua bahan baku etanol itu mudah didapatkan
dan dikembangkan di Indonesia karena negara ini memiliki lahan luas dan
subur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar